Dilanda Banjir, Jeddah Seperti Kota Perang
JEDDAH - Dua hari sudah banjir melanda kota
pelabuhan di Arab Saudi, Jeddah. Akibat musibah terparah dalam beberapa tahun
terakhir ini, ribuan orang mengungsi.
Gambaran porak-porandanya kota yang terketak di tepi Laut Merah itu disampaikan Pemimpin Redaksi Arabnews.com Khaled Almaeena setelah menyaksikan langsung dari dekat Kamis (27/1/2011) dinihari waktu setempat.
Menurutnya, banjir kali ini di luar bayangan untuk ukuran kota beriklim gurun itu. “(Jeddah) sudah seperti di zona perang,” ucapnya seperti dikutip di arabnews.com.
Gambaran porak-porandanya kota yang terketak di tepi Laut Merah itu disampaikan Pemimpin Redaksi Arabnews.com Khaled Almaeena setelah menyaksikan langsung dari dekat Kamis (27/1/2011) dinihari waktu setempat.
Menurutnya, banjir kali ini di luar bayangan untuk ukuran kota beriklim gurun itu. “(Jeddah) sudah seperti di zona perang,” ucapnya seperti dikutip di arabnews.com.
Ribuan orang memenuhi jalan-jalan seperti kebingungan ke mana mereka harus pergi untuk menghindari luapan air.
Dia menambahkan banyak orang pada suasana gelap itu mencari anggota keluarganya yang tercecer. “Ada ratusan orang yang meninggalkan mobil-mobil mereka di jalan,” tutur Khaleed.
Ada sekira 300 mobil yang ditinggalkan pemiliknya begitu saja di jalanan. Di antaranya di Jalan Madinah, terutama di depan Rumah Sakit Mata Maghribi. Selain itu, banyak orang yang terpaksa menghuni tempat penampungan di Mosadiah Center.
Dia juga melihat beberapa lokasi yang masih tergenang air, bahkan dengan aliran yang cukup deras.
“Jalan di depan Masjid Turki sudah seperti sungai dan Hail Street masih diterjang banjir besar sampai pukul 01.30 pagi waktu setempat,”
Apa yang terjadi, lanjut Khaleed, begitu memilukan. Para relawan membantu warga yang kebingungan harus ke mana untuk menghindari banjir.
“Para relawan memberi arah kepada sopir jalan mana-mana saja yang harus dihindari karena banjir,” katanya lagi.
Belum diketahui pasti korban jiwa dalam musibah ini.
Dari data data yang dikeluarkan
pemerintah saudi,terhitung 122 orang meninggal dan 530 orang hilang tersapu air
atau tertimbun reruntuhan.Kerusakan kendaraan diperkirakan lebih dari 3000
mobil dari mulai rusak ringan sampai berat. Kerugian yang ditimbulkan ditaksir
sekitar 1 billion riyal atau sekitar 470 juta USD.
Mengenang banjir itu adalah
mengenang kesedihan.Seorang rekan kerja saya harus kehilangan 3 anaknya karena
tewas terbawa air.
Jeddah tak dirancang dengan sistem drainase yang baik.Mungkin
mereka berpikir toh hujan kadang cuma turun sekali dalam setahun.Tapi dengan
adanya banjir besar itu,saya lihat pemerintah kota jeddah sedang berusaha
dengan keras memperbaiki sistem drainase kotanya.
25 november 2009 seperti hari hari
biasanya.tapi setelah jam 1 satu siang,hujan mulai turun.
Seperti biasa jam dua
siang saya sudah berada dirumah untuk menikmati makan dilanjutkan dengan tidur
siang.Jam lima sore saya terbangun karena hiruk pikuk orang orang di
jalanan.Dari kontrakan saya yang berada di lantai 4,saya bisa melihat jalanan
mulai tergenang air.Namun saya tak menyangka air akan begitu cepat naik
permukaannya.Padahal kala itu hujan mulai reda.
Walaupun jalanan sudah mulai
tergenang,tapi saya usahakan kembali ke tempat kerja.
Waktu itu air masih
sebatas betis saya.Tapi alangkah terkejutnya ketika jam 8 malam,seluruh
lingkungan tempat saya tinggal sudah tergenang air yang diperkirakan mencapai 1
metr.Semua orang panik.Jalanan berubah menjadi sungai deras yang menghanyutkan
tong tong sampah besar yang terbuat dari besi.Saya dengan terpaksa melawan arus
deras itu untuk pulang kerumah.Ketinggian air waktu itu mencapai dada saya.
Esok paginya,saya baru menyadari
dahsyatnya banjir itu dari berita berita dikoran dan televisi.
Lingkungan saya
termasuk beruntung karena cukup dekat dengan tepi laut,tapi ada tempat tempat
tertentu yang kedalaman airnya mencapai 3 meter.Dan inilah yang menyebabkan ada
begitu banyak korban jiwa.
Sudah hampir setahun semenjak banjir
itu,tapi ada tempat tempat dimana masih belum bisa dikatakan ‘pulih’ seperti biasa.
Pemerintah bergerak cepat,kabar yang beredar,ada banyak pejabat yang
diseret kepenjara karena abai banyak dana untuk pembangunan kota jeddah yang
‘disunat’ dan disalah gunakan.Raja Abdullah pun dengan lantang bersuara supaya
menyeret orang orang yang bermasalah yang menyebabkan banjir besar itu.Raja
Abdullahpun memberi kompensasi/santunan pada setiap keluarga korban banjir
sebesar 1 juta riyal per orang atau sekitar 2,4 miliyar rupiah.
Sebuah santunan
yang sangat besar.Kawan saya yang anaknya meninggal itupun mendapat 3 juta
riyal.Tentu saja uang sebanyak itu tak dapat mengembalikan orang orang yang
dicintai,tapi setidaknya pihak kerajaan tak abai pada warga negaranya.
Disamping
itu,raja Abdullah pun menekan perusahaan asuransi untuk mengganti supaya
menyelesaikan klaim kerusakan mobil tanpa proses yang bertele tele.
Bencana dapat terjadi dimanapun
juga.Satu hal yang lucu dari adanya banjir itu adalah,dulu ketika indonesia
ditimpa banyak bencana,orang orang sini mengejek karena katanya di indonesia
banyak maksiatnya.Pada waktu banjir itu datang,saya yang gantian nanya sama
mereka,hey disinipun ada bencana,pasti karena disini banyak juga yang berbuat
maksiat ya?
Dan mereka cuma diam tak menjawab.
Dan mereka cuma diam tak menjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar