KOTA Jeddah, Arab Saudi punya pusat
perbelanjaan besar. Namanya Corniche atau juga biasa disebut Balad. Lokasinya
berada di pusat kota perdagangan di Arab Saudi ini. Suasananya mirip dengan
Pasar Sentral atau pasar tanah abang di jakarta .
Selain barang-barang bermerek untuk
jam tangan, kamera, dan peralatan elektronik lainnya, berbagai barang juga
dijajakan di emperan di jalan-jalam di dalam kompleks perdaganganan ini.
Teriakan-teriakan pedagang yang menjajakan barang kaki lima tak henti menyambut pengunjung.
Teriakan-teriakan pedagang yang menjajakan barang kaki lima tak henti menyambut pengunjung.
Bahasa Indonesia mereka rata-rata fasih. Ada juga beberapa pria
yang disebut-sebut preman yang menguasai wilayah tersebut, termasuk beberapa
pria asal Indonesia.
Sebagian besar toko di tempat ini dikelola oleh warga asal Bangladesh, India, dan Pakistan.
Sebagian kecil adalah pedagang warga Arab Saudi. Namun merek toko mereka menggunakan bahasa Indonesia seperti Toko Ali Murah, Toko Gani Murah, Toko Yusuf Murah, dan toko-toko dengan embel-embel murah lainnya.
Berada di Corniche seakan berada di Indonesia. Maklum, mayoritas pengunjung dan sebagian pekerja di tempat ini adalah orang Indonesia. Tak heran bila mata uang Indonesia, rupiah, tetap diterima di tempat ini tanpa perlu ditukar dengan riyal atau dolar.
Ada juga warung bakso Mang Udin yang tidak pernah sepi pembeli.
"Rasa baksonya lumayan enak dan sama dengan bakso di Indonesia. Bisa mengobati lidah ini dengan masakan yang khas Indonesia sekali.
Sebagian besar jamaah haji yang meninggalkan kawasan ini menenteng tas belanjaan dalam jumlah besar.
Bahkan ada jamaah yang menenteng empat sampai lima kantongan.
"Inilah tempat yang paling diburu oleh jamaah asal Indonesia. Kalau pun tidak belanja, mereka akan puas berkeliling di tempat ini sambil melihat-lihat barang yang ada. Kalau merek tertentu seperti jam tangan atau pakaian, barangnya asli," kata Direktur Anamona, Tawakkal Sirat.
Aktivitas di tempat justru lebih ramai di malam hari. Sebagai kota internasional, kawasan ini juga banyak dikunjungi oleh warga asing non-Muslim seperti pekerja asal Filipina dan Eropa. Mereka biasanya membeli perhiasan emas, jam tangan, ponsel, dan alat elektronik.
Bagi yang wanita, mereka tidak perlu memamaki jilbab atau bercadar.
Wanita pendatang non-Muslim cukup memamakai baju panjang. Beberapa TKW Indonesia juga memilih tak berjilbab bila berjalan sendiri tanpa majikan mereka.
Malam semakin larut namun Corniche tetap menggeliat menanti dolar demi dolar, riyal demi riyal, atau rupiah demi rupiah yang "dilontarkan'' jamaah haji di tempat ini sebelum mereka kembali ke negara mereka masing-masing.
Sebagian besar toko di tempat ini dikelola oleh warga asal Bangladesh, India, dan Pakistan.
Sebagian kecil adalah pedagang warga Arab Saudi. Namun merek toko mereka menggunakan bahasa Indonesia seperti Toko Ali Murah, Toko Gani Murah, Toko Yusuf Murah, dan toko-toko dengan embel-embel murah lainnya.
Berada di Corniche seakan berada di Indonesia. Maklum, mayoritas pengunjung dan sebagian pekerja di tempat ini adalah orang Indonesia. Tak heran bila mata uang Indonesia, rupiah, tetap diterima di tempat ini tanpa perlu ditukar dengan riyal atau dolar.
Ada juga warung bakso Mang Udin yang tidak pernah sepi pembeli.
"Rasa baksonya lumayan enak dan sama dengan bakso di Indonesia. Bisa mengobati lidah ini dengan masakan yang khas Indonesia sekali.
Sebagian besar jamaah haji yang meninggalkan kawasan ini menenteng tas belanjaan dalam jumlah besar.
Bahkan ada jamaah yang menenteng empat sampai lima kantongan.
"Inilah tempat yang paling diburu oleh jamaah asal Indonesia. Kalau pun tidak belanja, mereka akan puas berkeliling di tempat ini sambil melihat-lihat barang yang ada. Kalau merek tertentu seperti jam tangan atau pakaian, barangnya asli," kata Direktur Anamona, Tawakkal Sirat.
Aktivitas di tempat justru lebih ramai di malam hari. Sebagai kota internasional, kawasan ini juga banyak dikunjungi oleh warga asing non-Muslim seperti pekerja asal Filipina dan Eropa. Mereka biasanya membeli perhiasan emas, jam tangan, ponsel, dan alat elektronik.
Bagi yang wanita, mereka tidak perlu memamaki jilbab atau bercadar.
Wanita pendatang non-Muslim cukup memamakai baju panjang. Beberapa TKW Indonesia juga memilih tak berjilbab bila berjalan sendiri tanpa majikan mereka.
Malam semakin larut namun Corniche tetap menggeliat menanti dolar demi dolar, riyal demi riyal, atau rupiah demi rupiah yang "dilontarkan'' jamaah haji di tempat ini sebelum mereka kembali ke negara mereka masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar